RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 7
Sekolah : SMP ………..
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/1
Materi Pokok : Teks Puisi
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun,
percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis
dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang teori.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kommpetensi
|
||
3.7
|
Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
3.7.1
3.7.2
|
Menentukan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menjelaskan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
4.7
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi yang diperdengarkan
|
4.7.1
4.7.2
4.7.3
|
Menjawab pertanyaan tentang unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menyimpulkan makna teks puisi yang diperdengarkan
|
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti pembelajaran tentang teks puisi, siswa diharapkan dapat:
1. mengamati model-model teks puisi secara benar.
2. mengidentifikasi pengertian puisi secara benar
Pertemuan Kedua
Setelah mengikuti pembelajaran tentang teks puisi, siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk puisi secara benar.
2. mendiskusikan unsur-unsur pembentuk puisi secara benar.
Pertemuan Ketiga
Setelah mengikuti pembelajaran teks puisi, siswa diharapkan dapat menentukan simpulan unsur-unsur pembangun puisi secara benar.
Pertemuan Keempat
Setelah mengikuti pembelajaran teks puisi, siswa diharapkan dapat menentukan isi dan makna puisi secara benar
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian puisi
2. Unsur-unsur pembangun teks puisi
3. Makna puisi
E. METODE/MODEL PEMBELAJARAN
– Saintifik
F. MEDIA/ALAT, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
1. Media::
– LCD proyektor
– Contoh model-model teks puisi
– Internet
– Video pembacaan puisi
2. Bahan :
– Teks Puisi
3. Sumber belajar:
Sutejo, dkk. 2014. Buku Siswa Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian, Balitbang, Kemdikbud, Hlm, 50-51.
Sawali, dkk. 2015. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII. Yogyakarta :Citra Aji Parama.
Sugeng, dkk. 1999. Bahasa Indonesia dan Sastra. Jakarta : Bumi Aksara.
Syarif, Elina,dkk. 2016. Guru Pembelajar modul Mata Pelajaran
Bahasa indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta Direktorat Jenderal
Guru Tenaga Kependidikan Kementerian dan kebudayaan
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
– Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan berdoa. (PPK)
– Guru menanyakan ketidakhadiran siswa.
– Guru menyampaikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
– Guru dan siswa menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kompetensi.
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
– Guru menayangkan puisi yang berjudul “
– Siswa mencermati teks puisi melalui tayangan video.model pembacaan puisi (Literasi)
– Siswa mencermati teks puisi melalui tayangan video/ model pembacaan puisi
– Siswa mengajukan pertanyaan tentang isi informasi teks puisi yang didengar dan dibaca
– Siswa mengidentifikasi pengertian puisi
|
60’
|
Penutup
|
– Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran (4C)
– Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya kekurangan
– Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks puisi
– Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi
informasi mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
(HOTS)
– Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan pengalaman yang paling mengesankan
|
10’
|
Pertemuan Kedua
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
– Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
– Guru menanyakan ketidakhadiran siswa.
– Guru menyampaikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
– Guru dan siswa menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kompetensi.
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
– Masih dalam kelompok yang sama siswa mendiskusikan unsur-unsur pembangun puisi
– Siswa mempresentasikan hasil diskusinya kelompok lain menanggapinya.
|
60’
|
Penutup
|
– Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
– Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya kekurangan
– Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks puisi
– Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi
informasi mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
– Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan pengalaman yang paling mengesankan
|
10’
|
Pertemuan Ketiga
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
– Siswa merespon salam, berdoa bersama mengecek kebersihan sekitar tempat duduk, dan kerapian meja kursi.
– Guru menugasi siswa menyaksikan video pembacaan puisi / melihat model-model teks puisi.
– Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab
– Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai menentukan unsur-unsur pembangunan puisi
– Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
– Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan dan keterampilan
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
– Dengan difasilitasi pendidik, siswa membuat kelompok sendiri atau 2-3 orang per kelompok
– Siswa menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
– Siswa mempresentasi hasil diskusinya
|
60’
|
Penutup
|
– Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
– Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya kekurangan
– Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks puisi
– Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi
informasi mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
– Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan pengalaman yang paling mengesankan
– Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar mengucap salam.
|
10’
|
Pertemuan Keempat
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
– Siswa merespon salam, berdoa bersama mengecek kebersihan sekitar tempat duduk, dan kerapian meja kursi.
– Guru menugasi siswa menyaksikan video pembacaan puisi / melihat model-model teks puisi.
– Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab
– Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai menentukan unsur-unsur pembangunan puisi
– Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
– Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan dan keterampilan
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
– Masih dalam kelompok yang sama siswa menyimpulkan isi dan makna puisi
– Siswa mempresentasi hasil diskusinya dan kelompo klain menanggapinya.
|
60’
|
Penutup
|
– Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
– Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya kekurangan
– Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks puisi
– Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi
informasi mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
– Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan pengalaman yang paling mengesankan
– Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar mengucap salam.
|
10’
|
H. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMEDIAL, DAN PENGAYAAN
1. Teknik Penilaian
a. Sikap (spiritual dan sosial)
Observasi (jurnal)
b. Pengetahuan
1) Tes tertulis (Uraian)
2) Penugasan (Lembar Kerja)
c. Keterampilan :
Praktik (Penilaian Praktik)
2. Pembelajaran Remedial
Kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
• pembelajaran ulang
• bimbingan perorangan
• belajar kelompok
• pemanfaatan tutor sebaya
bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian.
3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai narasumber.
4 . Instrumen Penilaian
Pertemuan Pertama
Bacaan teks puisi berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal yang mengikutinya:
PUISI
Nyanyian Gerimi
Karya Soni Farid Maulana
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
1988
Kisi-kisi tes tertulis
No
|
Kompetensi dasar
|
Materi
|
Indikator soal
|
Bentuk soal
|
Jumlah
|
1
|
Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
– Penngertian puisi
|
– Setelah ditampilkan pembacaan puisi, siswa mampu mengidentifikasi pengertian puisi
|
uraian
|
1
|
2
|
Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
– Unsur-unsur pembangun puisi
|
– Setelah ditampilkan pembacaan puisi siswa dapat menentukan unsure-unsur pembangun puisi
|
uraian
|
1
|
Soal
1. Tulislah pengertian puisi!
2. Tentukan unsur-unsur pembangun puisi di atas!
Rubrik penilaian
No
|
Aspek
|
Skor
|
1
|
– Penngertian puisi
|
1
|
2
|
– Unsur-unsur pembangun puisi
|
1-20
|
Kunci Jawaban
NO
|
soal
|
Jawaban
|
1
|
Apakah pengertian puisi
|
Puisi adalah suatu bentuk dalam karya sastra
yang berasal dari hasil hasil suatu perasaan yang diungkapkan oleh
penyair dengan bahasa yang menggunakan irama, rima, matra, bait, dan
penyusunan lirik yang berisi makna
|
2
|
Jelaskan unsur-unsur Pembangun puisi
|
Analisis struktural meliputi struktur fisik dan struktur batin
puisi. Struktur fisik terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata
konkret, majas, rima, irama, dan suasana. Sedangkan struktur batin
terdiri dari tema, rasa, nada, dan amanat.
1. Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang dipakai pada puisi “nyanyian gerimis” sangat
terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi
yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur
keindahan indrawi. Menggunakan baris – baris yang tak sejajar satu sama
lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang
mendalam.
Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf besar diawal
baris dan tanda titik pada baris kedua . Terbukti pada kutipan puisi
dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang
dilanjutkan kata kuntum yang diawali dengan huruf besar seolah
menonjolkan kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin
merindu.
Kemudian setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Dari bait yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat
dalam baris itu sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang
begitu indah seperti lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika
baris- baris dibuat melengkung tak beraturan.
Pada bait selanjutnya baris – baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya baris tersebut, selain sebagai keindahan
indrawi namun melambangkan maksud yang disesuaikan dengan kata-kata dan
isi puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung, gelombang lautan
sehingga tipografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.
Selanjutnya pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Pada empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah
kata hatiku dan baris itu menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi
cara membaca dan maksud penyair yang ingin menekan dan memulai lagi dari
kata itu. Kemudian sampai baris terakhir sengaja dibuat baris yang
tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian yang selaras
antara kita berdua.
b) Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah
dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang tinggi dalam
menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulanuntuk menggambarkan pancaran yang berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku menghasilkan makna yang indah pula.
c) Imaji (Citraan)
Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji penglihatan.
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Pada baris kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling memahami gairah terpendam
Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d) Kata konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut:
· Kuntum Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat.
· Yang saling memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan
· Sesaat kita larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana sepi dan sunyi.
· Ekor cahaya berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia.
· Kerinduan bagai awah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan meluap-luap.
e) Sarana Retorik / Majas
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya
bahasa personifikasi, metaforan dan hiperbola dan simile, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
· Personifikasi :Telah kutulis jejak hujan
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan
menghapus jejak hujan
· Metafora :Ekor cahaya berpantulan
· Simile :Seperti lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
f) Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan
penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan (a)
Cinta membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)
Seperti lengkung pelangi (i)
Sehabis hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya, rima pada bait terakhir yaitu: a- u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu?(u)
Kerinduan bagai awah gunung berapi(i)
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang menghapus jejak hujan (a)
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan(a)
Pada kulit dan rambutmu (u)
Menghapus jarak dan bahasa (a)
Antara kita berdua (a)
Irama pada Puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama perlahandan syahdu penuh penghayatan.
g). Enjambemen
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” terdapat beberapa enjambemen diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Jika kita perhatikan artinya kata Kuntum merupakan bagian dari baris selanjutnya, jika dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntummerupakan
bagian dari baris selanjutnya. Sehingga kalau kita susun menurut aturan
yang umum ,baris tersebut mestinya sebagai berikut.
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tetapi penulisan tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud
tertentu penyair menulis dengan bentuk demikian. Yang dilakukan penulis
tersebut bukan sekedar iseng ataupun hanya memperindah wajah puisi
belaka. Namun ada maksud tersendiri dari penyair. Kata kuntum yang
pertama sengaja dipisahkan dengan kata setelahnya untuk menekan kata
tersebut yang sekaligus menekan arti kata kuntum seperti seorang wanita,
yang tidak bisa di dapat jika kuntum yang pertama digabungkan.
Enjambemen juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris ke empat dan lima tersebut maka sebenarnya susunan yang benar sesuai kaidah adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma yang saling memahami gairah terpendam
Penyairpun ada maksud tertentu membuat sususnan baris menjadi
seperti itu. Perasaan yang timbul jika penulisan baris keempat dan lima
digabungkan selain terlalu panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian pada bait kedua baris terakhir juga terdapat ada enjambemen yang dapat di bandingkan sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Penulisan sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi sehabis hujan menyentuh telaga
Namun jika penyair menuliskan puisi seperti bentuk kedua tentu
tidak akan terjadi penekanan makna. Puisi akan terasa datar dan pembaca
kurang bisa mengambil makna yang ditonjolkan.
Kemudian enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Jika ditulis sesuai aturan yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna antara kita berdua,
sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya makananya
lebih menonjol.
2. Struktur batin
a) Tema
Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-barispuisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan.
Karena kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya di kala hujan gerimis.
b) Nada dan Suasana
Ketika kita baca judul puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana puisi
tersebut yaitu keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan wajah
kekasih, di tambah dengan kata kata Kerinduan bagai awah gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa suasana merindu sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada puisi “Nyanyian gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana puisi sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh
penyairnya dengan eksplisit. Karena pembaca dapat membayangkan langsung
nada dan suasana puisi tersebut yaitu orang yang kesepian tanpa kekasih
hati. Sehingga nadanya juga mengikuti tema dan suasana yaitu pelan dan
tidak berapi api namun santai dan menenangkan.
c) Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan
menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati. Sehingga penyair
semakin yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan waktu. Yang
memberikan amanat kita harus saling percaya dan terus setia pada kekasih
hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita
menjaganya.
3. Kaitan Unsur Satu dengan Unsur yang lain
Dengan tema puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu kerinduan kepada
kekasih. Yang memiliki arti seorang yang begitu merindukan kekasih
hatinya datang sehingga ia membayangkan akan hadirnya, membayangkan
parasnya dan saling bertatap muka, meskipun sebenarnya hanya dalam
kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu
menyebabkan nada yang juga perlahan dan dinikmati kian dalam. Suasana
hati penuh khayalan karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi pada puisi ini menggunakan baris yang tidak beraturan dan
sedikit menggunakan tanda baca. Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
…………………..
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdu
Dilihat dari tipografi diatas dapat diamati bahwa baris demi baris
disusun tidak sejajar dan terlihat acak yang juga berkaitan dengan
enjambemen. Hal ini bukan sekadar untuk keindahan indrawi namun juga
untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana puisi
yang bersangkutan.
Kemudian diksi yang digunakan juga mempengaruhi suasana puisi
tersebut, karena diksi yang dipakai cenderung romantis maka suasana yang
dihasilkan juga romantis dan kesetiaan. Kemudian dari pilihan diksi
yang dipilih penyair juga menimbulkan citraan tertentu atau pengimajian.
Demikian beberapa unsur puisi yang salaing berkaitan satu sama lain.
Selanjutnya tema juga berelasi dengan amanat, dengan temakerinduan
kepada kekasih maka amanatnyapun mengenai sikap bagaimana menghadapi
kerinduan pada kekasih.
|
Pertemuan kedua
Soal
Bacaan teks puisi berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal yang mengikutinya:
PUISI
Nyanyian Gerimis
Karya Soni Farid Maulana
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
1988
Kisi-kisi
No
|
Kompetensi dasar
|
Materi
|
Indikator soal
|
Bentuk soal
|
Jumlah
|
1
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
|
Setelah pendengarkan pembacaan puisi, siswa mampu menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
|
uraian
|
1
|
2
|
makna teks puisi yang diperdengarkan
|
Makna puisi
|
Setelah pendengarkan pembacaan puisi, siswa mampu menentukan makna puisi
|
uraian
|
1
|
Soal
1. Jelaskan kesimpulan unsur-unsur intrinsik puisi di atas!
2. Jelaskan makna yang terkandung dari puisi di atas
Rublik penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
skor
|
1
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
|
0-20
|
2
|
Makna puisi
|
0-20
|
Kunci Penilaian
No
|
Soal
|
Jawaban
|
1
|
Jelaskan kesimpulan puisi di atas!
|
Kesimpulan intrinsik puisi
1. Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang dipakai pada puisi “nyanyian gerimis” sangat
terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi
yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur
keindahan indrawi. Menggunakan baris – baris yang tak sejajar satu sama
lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang
mendalam.
Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf besar diawal
baris dan tanda titik pada baris kedua . Terbukti pada kutipan puisi
dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang
dilanjutkan kata kuntum yang diawali dengan huruf besar seolah
menonjolkan kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin
merindu.
Kemudian setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Dari bait yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat
dalam baris itu sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang
begitu indah seperti lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika
baris- baris dibuat melengkung tak beraturan.
Pada bait selanjutnya baris – baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya baris tersebut, selain sebagai keindahan
indrawi namun melambangkan maksud yang disesuaikan dengan kata-kata dan
isi puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung, gelombang lautan
sehingga tipografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.
Selanjutnya pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Pada empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah
kata hatiku dan baris itu menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi
cara membaca dan maksud penyair yang ingin menekan dan memulai lagi dari
kata itu. Kemudian sampai baris terakhir sengaja dibuat baris yang
tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian yang selaras
antara kita berdua.
b) Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah
dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang tinggi dalam
menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulanuntuk menggambarkan pancaran yang berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku menghasilkan makna yang indah pula.
c) Imaji (Citraan)
Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji penglihatan.
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Pada baris kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling memahami gairah terpendam
Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d) Kata konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut:
· Kuntum Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat.
· Yang saling memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan
· Sesaat kita larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana sepi dan sunyi.
· Ekor cahaya berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia.
· Kerinduan bagai awah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan meluap-luap.
e) Sarana Retorik / Majas
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya
bahasa personifikasi, metaforan dan hiperbola dan simile, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
· Personifikasi :Telah kutulis jejak hujan
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan
menghapus jejak hujan
· Metafora :Ekor cahaya berpantulan
· Simile :Seperti lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
f) Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan
penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan (a)
Cinta membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)
Seperti lengkung pelangi (i)
Sehabis hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya, rima pada bait terakhir yaitu: a- u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu?(u)
Kerinduan bagai awah gunung berapi(i)
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang menghapus jejak hujan (a)
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan(a)
Pada kulit dan rambutmu (u)
Menghapus jarak dan bahasa (a)
Antara kita berdua (a)
Irama pada Puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama perlahandan syahdu penuh penghayatan.
g). Enjambemen
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” terdapat beberapa enjambemen diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Jika kita perhatikan artinya kata Kuntum merupakan bagian dari baris selanjutnya, jika dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntummerupakan
bagian dari baris selanjutnya. Sehingga kalau kita susun menurut aturan
yang umum ,baris tersebut mestinya sebagai berikut.
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tetapi penulisan tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud
tertentu penyair menulis dengan bentuk demikian. Yang dilakukan penulis
tersebut bukan sekedar iseng ataupun hanya memperindah wajah puisi
belaka. Namun ada maksud tersendiri dari penyair. Kata kuntum yang
pertama sengaja dipisahkan dengan kata setelahnya untuk menekan kata
tersebut yang sekaligus menekan arti kata kuntum seperti seorang wanita,
yang tidak bisa di dapat jika kuntum yang pertama digabungkan.
Enjambemen juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris ke empat dan lima tersebut maka sebenarnya susunan yang benar sesuai kaidah adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma yang saling memahami gairah terpendam
Penyairpun ada maksud tertentu membuat sususnan baris menjadi
seperti itu. Perasaan yang timbul jika penulisan baris keempat dan lima
digabungkan selain terlalu panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian pada bait kedua baris terakhir juga terdapat ada enjambemen yang dapat di bandingkan sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Penulisan sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi sehabis hujan menyentuh telaga
Namun jika penyair menuliskan puisi seperti bentuk kedua tentu
tidak akan terjadi penekanan makna. Puisi akan terasa datar dan pembaca
kurang bisa mengambil makna yang ditonjolkan.
Kemudian enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Jika ditulis sesuai aturan yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna antara kita berdua,
sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya makananya
lebih menonjol.
2. Struktur batin
a) Tema
Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-barispuisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan.
Karena kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya di kala hujan gerimis.
b) Nada dan Suasana
Ketika kita baca judul puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana puisi
tersebut yaitu keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan wajah
kekasih, di tambah dengan kata kata Kerinduan bagai awah gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa suasana merindu sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada puisi “Nyanyian gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana puisi sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh
penyairnya dengan eksplisit. Karena pembaca dapat membayangkan langsung
nada dan suasana puisi tersebut yaitu orang yang kesepian tanpa kekasih
hati. Sehingga nadanya juga mengikuti tema dan suasana yaitu pelan dan
tidak berapi api namun santai dan menenangkan.
c) Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan
menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati. Sehingga penyair
semakin yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan waktu. Yang
memberikan amanat kita harus saling percaya dan terus setia pada kekasih
hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita
menjaganya.
3. Kaitan Unsur Satu dengan Unsur yang lain
Dengan tema puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu kerinduan kepada
kekasih. Yang memiliki arti seorang yang begitu merindukan kekasih
hatinya datang sehingga ia membayangkan akan hadirnya, membayangkan
parasnya dan saling bertatap muka, meskipun sebenarnya hanya dalam
kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu
menyebabkan nada yang juga perlahan dan dinikmati kian dalam. Suasana
hati penuh khayalan karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi pada puisi ini menggunakan baris yang tidak beraturan dan
sedikit menggunakan tanda baca. Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
…………………..
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdu
Dilihat dari tipografi diatas dapat diamati bahwa baris demi baris
disusun tidak sejajar dan terlihat acak yang juga berkaitan dengan
enjambemen. Hal ini bukan sekadar untuk keindahan indrawi namun juga
untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana puisi
yang bersangkutan.
Kemudian diksi yang digunakan juga mempengaruhi suasana puisi
tersebut, karena diksi yang dipakai cenderung romantis maka suasana yang
dihasilkan juga romantis dan kesetiaan. Kemudian dari pilihan diksi
yang dipilih penyair juga menimbulkan citraan tertentu atau pengimajian.
Demikian beberapa unsur puisi yang salaing berkaitan satu sama lain.
Selanjutnya tema juga berelasi dengan amanat, dengan temakerinduan
kepada kekasih maka amanatnyapun mengenai sikap bagaimana menghadapi
kerinduan pada kekasih.
|
2
|
Makna puisi
|
Usaha aku yang mengagumi gadis yang dilambangkan
sekuntum bunga. Aku merasa jatuh cinta dan membayangkan setiap keindahan
yang terjadi. Rasa rindu yang mendalam membuat aku tidak ingin
meninggalkan gadis yang dicintainya
|
………………, 15 Juli 2017
Mengetahui,
Kepala, Guru,
…………………………. …………………………
NIP ……. NIP …………………….
No comments:
Post a Comment